Senin, 27 Oktober 2014

Al-Quran dan Kebangkitan Peradaban

Seperti kita ketahui bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an berkaitan dengan seluk beluk kehidupan manusia. Bukan hanya ayat-ayat yang berkaitan dengan hubungan secara vertikal (hablumminallaah), akan tetapi juga berkaitan dengan hubungan secara horisontal (hablumminannass). 

Kejayaan peradaban Islam masa lampau, tidak lepas dari tradisi mentadaburi Al Quran. Dengan kata lain, masa keemasan umat Islam masa lalu terinspirasi oleh Al Quran. Realisasi dan aplikasi ayat-ayat Al Quran inilah yang seharusnya kita galakkan lagi. Al Quran tidak hanya berisi bagaimana tata cara ibadah kepada Allah, akan tetapi juga tata cara bagaimana menciptakan peradaban gemilang di bumi.

Di antara syarat terciptanya peradaban yang gemilang adalah majunya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Menurut Syaikh Jauhari Thantawi, seperti dikutip oleh Agus Purwanto (Ayat-Ayat Semesta, 2008), di dalam kitab suci Al Quran terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah yaitu ayat tentang alam semesta.

Yang menjadi problem umat Islam saat ini adalah  sebagian besar mereka terperangkap dalam perdebatan ayat-ayat fikih dan itu (mungkin) tak akan pernah selesai. Tidak banyak yang kemudian membahas tentang ayat-ayat kauniyah tersebut. Bilamana umat muslim familiar dengan ayat-ayat kauniyah ini, maka IPTEK kaum muslimin, perlahan-lahan akan bangkit.

Mungkin akan ada oknum yang mencibir dan berkata, "Lebay ah, menghubung-hubungkan Al Quran dengan kebangkitan IPTEK!" Kita katakan kepada mereka untuk menengok buku sejarah kejayaan Islam masa lalu. Kalaupun mereka tak percaya dengan buku, kita persilakan datang langsung ke situs-situs bersejarah Islam di Spanyol atau museum-museum yang menyimpan peninggalan Islam masa lalu itu.

Sebuah buku yang dirilis National Geographic bekerja sama dengan yayasan pelestarian benda-benda purbakala (1001 Invention and Awesome Facts from Muslim Civilization, 2012), mendokumentasikan peninggalan ilmuwan-ilmuwan masa lalu dalam bentuk foto beserta keterangan masa penggunaannya.

Di buku tersebut dijelaskan karya-karya besar ilmuwan muslim seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Al Khawarizmi (matematika), Jabir Haiyan (kimia), Al Idrisi (Geografi), Al Jazary (mekanik), Al Kindi (filsafat), Al Razi (kimia, kedokteran), Al Zahrawy (kedokteran), dan lain sebagainya.

Seorang pemikir Amerika, Michael Hamilton Morgan, bersaksi akan keahlian Al Zahrawy yang kitab kedokteran 30 jilid miliknya diterjemahkan orang-orang Eropa selama 300 tahun. Kitabnya itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa Eropa (Wa Syahida Syahidun min Ahliha, 2010).  


Uniknya, kebanyakan ilmuwan zaman dahulu tidak hanya ahli dalam bidang sains, akan tetapi juga dalam bidang fikih. Mereka tidak pernah mendikotomi ilmu pengetahuan. Mereka paham betul bagaimana perlunya menyeimbangkan IMTAQ dan IPTEK. Nah, siapa yang menginspirasi mereka kalau bukan Al Quran?