Senin, 27 Oktober 2014

Pentingnya Tadabur dan Bersikap Kritis

Gambar: wathakker.info
Allah berfirman di dalam Al Qur'an, "Maka tidakkah mereka menghayati Al Qur'a, ataukah hati mereka sudah terkunci?" [Q.S. Muhammad: 24]. Di tempat lain juga di sebutkan, "Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al Qur'an? Sekiranya (Al Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya." [Q.S. An Nisa': 82].

Dari dua ayat di atas, tersirat pentingnya mentadaburi Al Qur'an. Mentadaburi Al Qur'an sama artinya dengan memahami maknanya. Hal ini merupakan langkah awal dalam menyimpulkan sebuah hukum dari Al Qur'an itu sendiri. Prof. Sayyid Ismail (Fawatih Suwar al Quran al Karim, 2010) berkata, "Bagaimana bisa menyimpulkan hukum dari Al Quran, tanpa menguasai maknanya?"

Selain hal-hal tersebut, tadabur Al Qur'an sangat erat hubungannya dengan berpikir mendalam serta merenungkan mendalam akan ayat-ayat Ilahi, lalu merealisasikannya dalam tindak-tanduk sehari-hari. Dari sini, tercapailah kehidupan yang maju, lagi qur'ani. Berpikir mendalam, tidaklah sesulit yang orang-orang perkirakan.

Harun Yahya dalam tulisannya (Berpikir Secara Mendalam, 2006), berkata: "Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof"."

Anggapan sebagian orang bahwa mentadaburi serta berpikir mendalam akan ayat-ayat Al Quran adalah sulit merupakan anggapan yang keliru. Bagaimana mereka tahu kalau itu sulit, padahal mereka belum mencoba? Jika saja mereka memahami bahwa hal tersebut diwajibkan Allah, niscaya mereka akan melakukannya.

Al-Qur'an mengatakan bahwa ia diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" [QS. Shaad, 38: 29].


Membiasakan diri mentadaburi Al Qur'an, akan menciptakan pribadi yang mampu bersikap kritis. Bagaimana maksudanya? Jadi, sikap kritis sendiri muncul dari kebiasaan otak merenungkan atau memikirkan mendalam akan segala sesuatu. Nah, supaya otak terbiasa merenungkan segala sesuatu, maka bisa melatihnya dengan selalu mentadaburi Al Qur'an.