Gambar: wathakker.info |
Allah berfirman di
dalam Al Qur'an, "Maka tidakkah mereka menghayati Al Qur'a, ataukah hati
mereka sudah terkunci?" [Q.S. Muhammad: 24]. Di tempat lain juga di
sebutkan, "Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al Qur'an?
Sekiranya (Al Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak
hal yang bertentangan di dalamnya." [Q.S. An Nisa': 82].
Dari dua ayat di atas, tersirat pentingnya mentadaburi Al
Qur'an. Mentadaburi Al Qur'an sama artinya dengan memahami maknanya. Hal ini merupakan
langkah awal dalam menyimpulkan sebuah hukum dari Al Qur'an itu sendiri. Prof.
Sayyid Ismail (Fawatih Suwar al Quran al Karim, 2010) berkata,
"Bagaimana bisa menyimpulkan hukum dari Al Quran, tanpa menguasai
maknanya?"
Selain hal-hal tersebut, tadabur Al Qur'an sangat erat
hubungannya dengan berpikir mendalam serta merenungkan mendalam akan ayat-ayat
Ilahi, lalu merealisasikannya dalam tindak-tanduk sehari-hari. Dari
sini, tercapailah kehidupan yang maju, lagi qur'ani. Berpikir mendalam, tidaklah
sesulit yang orang-orang perkirakan.
Harun Yahya dalam tulisannya (Berpikir Secara Mendalam,
2006), berkata: "Sungguh, mereka telah menganggap
"berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan
menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan
"filosof"."
Anggapan
sebagian orang bahwa mentadaburi serta berpikir mendalam akan ayat-ayat Al
Quran adalah sulit merupakan anggapan yang keliru. Bagaimana mereka tahu kalau
itu sulit, padahal mereka belum mencoba? Jika saja mereka memahami bahwa hal
tersebut diwajibkan Allah, niscaya mereka akan melakukannya.
Al-Qur'an
mengatakan bahwa ia diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau
direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" [QS. Shaad, 38: 29].
Membiasakan diri
mentadaburi Al Qur'an, akan menciptakan pribadi yang mampu bersikap kritis.
Bagaimana maksudanya? Jadi, sikap kritis sendiri muncul dari kebiasaan otak
merenungkan atau memikirkan mendalam akan segala sesuatu. Nah, supaya otak
terbiasa merenungkan segala sesuatu, maka bisa melatihnya dengan selalu
mentadaburi Al Qur'an.