Rabu, 29 Agustus 2012

Jepang Membuatku Menangis


Seperti biasa, saya kembali lagi bersama kawan-kawan semua di gado-gado Ramadhan yang keempat.
            Memang sekilas judulnya lebay, tapi itu memang nyata heheh. Awal dari ramuan gado-gado kali ini, adalah sebuah video “khawater” yang disiarkan TV MBC, sebagaian isi sajiannya adalah membandingkan keadaan negara-negara maju dengan negara-negara Islam berkembang. Kebetulan saya menonton ‘Khawater” edisi Jepang. Mungkin kawan-kawan jug sudah banyak yang menonton. Di sana diperlihatkan bagaimana kemajuan-kemajuan jepang dari sisi akhlak, kebersihan lingkungan, teknologi, eksperimen-eksperimen, dan lain sebagainya. Kemudian hal ini dibandingakan dengan keadaan negara-negara Islam. Sungguh kontras! Misalnya, crew TV mengadakan percobaan dengan meletakkan secara dim-diam dompet berisi uang di dekat taman kota di Tokyo. Dengan kamera tersembunyi, mereka mencoba melihat reaksi orang-orang Jepang yang berada di tempat itu. Luar biasa, sepasang suami-istri yang melihat dompet itu  mengambilnya dan menoleh ke sekitar untuk mencoba menemukan siapa pemilik dompet “misterius” itu?! Namun hasilnya nihil, karena crew TV masih membiarkan mereka dan ingin tahu apa yang akan dilakukan penemu dompet itu. Beberapa saat kemudian, keduanya berjalan menuju kantor polisi yang berjarak kira-kira 1,5 km dari TKP. Crew TV terus mengikutinya dan sama sekali tidak menemui kedua sepasang suami-istri tersebut. Hari berikutnya, crew menuju kantor polisi untuk mengambil dompet yang berisi uang tersebut dan berhasil dengan isi dompet masih utuh seperti semula. Itu salah satu contoh isi daripada progam khawater. Itu di Jepang. Kemudian membandingkan percobaan yang dilakukan dengan cara yang sama (dengan kamera tersembunyi juga), namun di salah satu negara Arab. Hasilnya, dompet diambil dua pemuda tanpa rasa bersalah! Kawan-kawan bisa mengambil kesimpulan: Banyak orang di negara-negara non muslim yang secara tidak langsung melaksanakan “ajaran Islam”, namun tidak sedikit dari orang-orang di negara mayoritas berpenduduk muslim, namun justru meninggalkan “ajaran Islam” . Ironis!!!

            Hal di atas baru satu contoh kasus yang membuat hati saya “mencair” belum lagi hal-hal lain di Jepang yang tanpa saya sadari membuat pelupuk mata saya lembab (merebes mili bahasa Jawanya). Air mata saya pun kembali merembes ketika melihat majunya teknologi yang tak ditemui di negara-negara Arab juga negara muslim lainnya. Ya, mungkin kerinduan saya akan IPTEK di negara-negara, terkhusus Indonesia, itulah yang membuat berkali-kali hati saya “mencair” .  Ya, saya menangis seperti perempuan, namun ingatan saya yang ikut "tersentuh" dengan kemunduran negara-negara Islam mungkin bisa jadi bukti bahwa saya “laki-laki”!!! Entahlah…. Hal tersebut mampu mencairkan hati saya yang beku.
            Sering saya membayangkan dan berandai-andai akan kebangkitan negara-negara Islam yang akhir-akhir ini terseok-seok. Saya sering bermimpi jika kebangkitan IMTAQ dan IPTEK yang kala itu berada di Baghdad, Andalusia, dan Damaskus bisa terulang kembali. Namun terkadang pula mimpi-mimpi tersebut sekedar jadi “angin” yang akan membuat  saya mengoreksi pribadi saya sendiri! “Kau sering bermimpi bahwa umat Islam akan kembali bangkit, namun kau sendiri masih seperti itu! Apa yang sudah kau lakukan untuk ikut berkontribusi dalam kebangkitan umat Islam?! Apa yang kau lakukan sehari-hari?! Bayangkan, jika semua generasi sepertimu, malas-malasan! Umat Islam akan semakin bobrok! Dasar penghayal!!!” Batinku sambil memaki-maki diriku sendiri. Di saat seperti itu, hatiku semakin lunak dan tak jarang mataku lembab, ingin sekali menangis.
            Video khawater itu sudah saya tonton berkali-kali, selalu saja menambah kerinduan saya akan kebangkitan umat ini. Dari video tersebut saya juga tahu, bahwa kemajuan pendududuk  Jepang  salah satunya disebabkan oleh pendidikan nereka yang maju sejak mereka kecil. Bayangkan, di dalam video tersebut ada sebuah tempat-tempat khusus yang mengajarkan anak-anak kecil bereksperimen dalam keadaan hidup sehari-hari dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas teknologi masa kini. Seorang anak kecil sudah tahu bagaimana menjadi seorang presenter, dokter, sopir, dll. Mereka juga tahu bagaimana mengatasi terjadinya bencana-bencana tak terduga seperti kebakaran, juga ruang khusus untuk berlatih dalam menghadapi gempa bumi, dll. Sekali lagi, pembelajaran sejak dini kepada anak-anak yang membuat masyarakat Jepang memiliki prinsip hidup yang maju di kemudian hari. Sebenarnya panjang kalau mau cerita tentang video tersebut, namun mungkin saya cukupkan sekian saja.
            Kawan-kawan, mari kita mencoba menengok sebentar saja bagaimana keadaan negara-negara yang mayoritas perpenduduk muslim, tak usah jauh-jauh, ambil contoh “Indonesia”, tumpah darah kita! Bagaimana kemiskinan, kelaparan, perkosaan, kerusuhan, korupsi, permusuhan sesama kelompok muslim, permusuhan penganut suatu agama dengan agama lain, rendahnya tingkat pendidikan, masyarakat yang buta huruf, dll. Pertanyaannya: Apa yang sudah kita lakukan untuk ikut andil mencari solusi masalah-masalah tersebut?  Masihkah menganggap bahwa hal tersebut bukan urusan kita? Masihkah menganggap bahwa itu urusan pemerintah??? Kalau mau, kita bisa dengan kemampuan yang ada, minimal bersungguh-sungguh dalam studi kita, agar kelak ilmu dan spesialisasi kita bisa menjadi perantara dalam berkontribusi kepada umat! Ya, semuanya kembali kepada kita masing-masing?!


Kairo, 3 Agustus 2012