Jumat, 20 Maret 2009


Kasih Tak Dianggap

By: Irja Nasrulloh Majid

Malam begitu pekat, kidung malam mengkili telinga.Desir ular meraba kulit ari, cicak yang menghitung detik menanti hari menyelusup dalam kesunyian malam. Sejak tadi aku terduduk di kursi kamar tengah, ditemani sebatang rokok dan secangkir kopi panas buatan istriku.Cairo malam ini begitu panas hingga aku harus telanjang setengah badan, dengan sarung agak amoh, kenang-kenangan dari Indonesia beberapa tahun yang lalu masih menutupi rahasiaku.Pikiranku kini menyudut pada lorong-lorong buntu. Aku baru saja membuka Alkitab(injil), terbitan lembaga Alkitab Indonesia edisi NLO cetakan ke-56 tahun 2006. Dalam injil matius bab 16:27 menyebutkan: “Anak manusia (Adam) akan datang dalam kemuliaan bapanya,diiringi malaikat-malaikatnya. Pada waktu itu dia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Orang Kristen memang mengada-ada menurutku. Bukankah mereka percaya bahwa dosa-dosa mereka telah ditebus oleh sang penyelamat Yesus-kristus, tapi mana buktinya? Injil saja berkata seperti itu.Sungguh tak bisa diterima oleh akal salimku, karena memang tidak ada orang yang memikul dosa orang lain. “Sinting,sinting…”orang-orang Kristen juga percaya pada pengampunan dosa, yang akan diampunkan oleh ketua paderi mereka. Ketua paderi mempunyai kekuasaan untuk melakukannya karena dia dianggap sebagai wakil saint petrus. Tiap-tiap orang yang ingin mendapatkan pengampunan itu, harus pergi ke gereja besar menurut waktu yang telah ditentukan. Paderi akan bertanya tentang dosa apa yang telah dilakukannya selama ini. Para pendosa-pendosa itu akan mengaku dan mendedahkan seluruh dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Paderi lalu meletakkan tangannya di atas kepala sang pendosa dan berkata , “kini kamu boleh pergi. Dengan restu yesus-kristus semua dosamu telah diampunkan.” Bolehkan manusia mengampunkan manusia?Gema musik arab full terdengar dari dalam rumahku, mulai pagi sekitar pukul 09.00 am-01.00 am, kecuali saat adzan berkumandang. Suara-suara merdu Hisyam abas, kadzim sahir, Magda el roumi, Nawal el zoughbi, Samira saed, Assy helani dan artis-artis arab lainnya akan kudengar dari dalam rumahku, termasuk malam ini. Kebetulan rumahku dekat suq, dan yang mengonline musik itu adalah toko pakaian Abu ‘Isa Assaghir. Malam terus menyusuri lorong waktu dan aku menyerutup kopi yang sebentar lagi habis.“Mas, sudah malam.Ayolah…” istriku berkata lirih dari kamar, rupanya ia inginkan sesuatu dariku malam ini. “Ya,sayang.Sebentar…” kataku.Aku pun menyudahi aktivitasku kali ini menuju aktivitas lain yang menjadi kewajibanku. Kututup injil, dan bangkit menuju kamar, mendapati istriku yang siap menggetarkan kelelakianku malam ini.* * *Pagi menyambutku begitu ceria. Riang burung-burung kecil di balik rerumpunan pohon menjadi atraksi sekaligus Min fadzli Robbi. Matahari mulai menyemburatkan sinarnya pagi ini. Aku menelaah “kasih” dalam agama Kristen, sebagai inti dasar agama Kristen itu sendiri. Konon jika kasih sudah disebutkan maka Kristen telah diringkaskan dari padanya. Jika kasih menjadi inti dasar agama Kristen, mungkinkah ada hubungannya dengan tauhid sebagai inti dasar agama islam? Atau justru tauhid datang dari kasih? “bukan, bukan itu. Betapa bodohnya diriku” pikiranku menyangkal keras dugaan itu. Tanganku menggaruk-garuk kepala, padahal tak ada yang gatal di kepalaku dan rambutku bukan sarang kutu,namun rasa gatal itu mencabik-cabik dalam otakku, mencari jawaban itu. Ketika aku mulai berpusar pada konsentrasi, istriku datang membawa secangkir kopi panas . “Mas…dinda buatkan kopi,spesial untuk mas.” Kata istriku sambil tersenyum. “terima kasih, sayangku…” aku pun bangkit. Kupegang kedua bahu istriku dan “…” kukecup kening istriku hingga kemudian ia pergi. Kunyalakan batang rokok Cleopatra, “ Ah, nikmatnya merokok dengan ditemani secangkir kopi panas buatan istri tercinta.” Memang itulah hobiku.Aku kembali konsentrasi. “ Ya, aku tahu.Tauhid tak pernah datang dari kasih. Tetapi kasihlah yang datang dari tauhid. Kalau tauhid dating dari kasih, maka itu suatu logika yang salah. Karena kalu tauhid datang dari kasih maka kasih menjadi perkataan yang tidak bermakna. Tanpa tauhid, yaitu kasaksian akan keesaan Allah SWT akan meniadakan kasih Allah SWT sebenarnya, karena kasih Allah bergantung kepada ilmu tentang ketuhanan., dan ketauhidan merupakan pengakuan yang hakiki akan Allah SWT. Jadi, dengan kasih saja belum menjadi bukti kasih Allah SWT. Selain itu agama Kristen menggunakan konsep “bapa”(tuhan bapa), padahal bapa akan mengasihi anak-anaknya sampai kepada waktu tertentu saja , ketika anaknya telah mandiri . Setelah itu tidak ambil peduli lagi. Berbeda jauh dengan Islam yang menolak konsep bapa, akan tetapi “Rab” yang secara tidak langsung menyatakan Dialah dzat yang memelihara kita dari awal sampai akhir dan pemeliharaan-Nya tidak pernah berhenti.“Ha..haa…ternyata begitu to.” Aku tertawa. Prinsip agama Kristen itu aneh bahkan lucu menurutku. Aku masih tertawa lebar sampai tak sadar kalau istriku telah berada di sampingku. “ Mas, kok tertawa gitu. Ingat aktivitas kita semalam,ya?” kata istriku. “Sayang, Bukan.Bukan itu.Aku baru tahu kalau kasih dalam agama Kristen itu merupakan kasih yang tak dianggap. Sudahlah sayang, teruskan saja memasaknya.” Kataku sambil kukecup kening istriku.Konsep kasih dalam agama Kristen tak bisa diterima akal salim, kecuali memang akal-akal yang agak “…?”. Jika bapa (tuhan bapa) mengasihi seluruh manusia di dunia, hingga Dia mengorbankan anak satu-satunya untuk menyelamatkan manusia , apakah bukti lain yang lebih baik tentang kasih bapa yang telah mengorbankan anak yang dikasihinya karena kasih? Na’uudzubillaah.Tanganku meraih Al-Qur’an .Kubuka perlahan, Surat Al-An’am: 164 antara lain mengatakan, “Dan tiada seseorang yang berdosa memikul dosa orang lain.” Tetapi mengapa bapa(tuhan bapa)telah membunuh anaknya sendiri yang bersih, tidak bersalah dan tidak berdosa dikatakan kasih, kasih macam apakah itu?Kasih yang tak dianggap.Aku bersujud, sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberiku kenikmatan, hingga aku berada dalam pelukan iman dan Islam.Sungguh, suatu anugerah yang termahal, anugerah terindah dalam hidupku. Tak terasa air mataku mengalir deras selama sujudku, mengingat beberapa tahun silam, ketika aku harus hidup di gereja, ketika aku mempertuhankan nabi ‘Isa as, dan ketika aku berada dalam pelukan Kristen dengan dogma-dogma yang tidak jelas. Aku juga harus menentang fitrahku sebagai seseoang laki-laki normal dan hidup di gereja tanpa seorang istri, mengabdikan diriku kepada Yesus-kristus.walaupun sebagai seorang rahib tetapi tak banyak yang tahu kalau sebenarnya aku telah membuat catatan-catatan hitam selama di gereja. Aku tak dapat mempertahankan kesucianku sebagai seorang rahib. Sungguh aku tak kuat menantang fitrahku sebagai laki-laki normal. Aku lampiaskan nafsuku kepada rahib-rahib perempuan di gereja itu, karena sebenarnya mereka pun sepertiku yang tak mampu mempertahankan kesucianya. Selain itu, sistem pengakuan dan pengampunan dosa telah mendorongku melakukan semua itu, dan dengan adanya sistem itulah para rahib bebas melampiaskan nafsu bejat mereka. “Astaghfirullah…” Betapa besarnya dosa-dosaku, aku juga telah mengadakan berbagai macam tuduhan yang memalukan kepada nabi-nabi, mengatakan setengah dari mereka itu pendusta, penipu, pezina dan dengan demikian mencap nabi-nabi itu sebagai pendosa(injil kejadian bab 19:36, hakim-hakim bab 16:1-4, hakim-hakim bab 16: 6-15). Semua itu kini telah terhempas dari hadapanku.“ Demi Allah telah kafir segala mereka yang berkata : “sesungguhnya Allah, itulah Al-Masih anak mariam, sedang Al-Masih berkata: Hai Bani israil, sembahlah olehmu akan Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya siapa yang mensyarikatkan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya Allah mengharamkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan sekali-kali penzalim-penzalim itu tiada mendapat penolong.”(Al-Maidah: 72)Islam telah memberiku kedamaian dan keselamatan lahir batin, memberiku kasih sejati bukan sekadar “kasih tak dianggap”. Kini aku hidup bersama istriku yang sebagai mantan rahib pula. Kami benar-benar merasakan nikmatnya hidup sebagai hamba Allah SWT yang tak ada sekutu bagi-Nya, mengukir kehidupan esok yang lebih cerah.Semoga Allah SWT selalu membimbing kita di atas Siraathal mustaqiim, Wallahu ‘Alam.* * * (Madrasah,11.56pm.14/03/08)