Jumat, 30 November 2012

Tiga Poin Cukup Fantastis Dari Surat Yusuf ayat 100


Ketika Nabi Yusuf as, orang tua, dan saudara-saudaranya berkumpul dalam satu majlis,

ورفع أبويه على العرش و خرو له سجدا  و قال ياأبت هذا تأويل رأياي من قبل  قدجعلها ربي حقا وقد أحسن بي إذ أخرجني من السجن وجاء بكم من البد و من بعد أن نزغ الشيطان بيني و بين إخوتي  إن ربي لطيف لما يشاء إنه هو العليم الحكيم

 "Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana."

Mari kita coba lihat lebih detail:


1. إذ أخرجني من السجن: "ketika Dia membebaskan aku dari penjara"

 Nabi Yusuf as justru menyampaikan realita lain yang telah melepaskannya dari keburukan dan tidak menyinggung sama sekali perbuatan-perbuatan bejat saudara-saudaranya dahulu yang ingin membunuhnya. Bisa saja Nabi Yusuf as mengatakan, "Dan Allah telah membebaskanku dari  perbuatan keji kalian yang waktu itu ingin membunuhku!". Namun dia tak mengucapkan perkataan itu, karena dia orang yang sangat lembut hatinya.

2.  وجاء بكم من البد: "dan ketika membawa kamu dari dusun"

Nabi Yusuf as begitu lembut terhadap saudara-saudaranya yang ingin meminta jatah makanan kepadanya. Bisa saja Nabi Yusuf as  sebenarnya mengatakan bahwa saudara-saudaranya itu orang yang fakir dan kelaparan, "Orang-orang yang kelaparan!" atau "Orang-orang yang fakir!"
Namun Nabi Yusuf as tak melakukan itu dan justru berkata "membawa kamu dari dusun."

3. ومن بعد أن نزغ الشيطان بيني و بين إخوتي  : "Setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku."

Nabi Yusuf as sungguh sangat lembut ; setelah dahulunya saudara-saudaranya menyengsarakannya dan ingin membunuhnya. Dia tidak menyinggung sama sekali perbuatan keji saudara-saudaranya itu, namun justru mengatakan bahwa penyebab sengketa di antara mereka adalah setan, bukan kesalahan saudara-saudaranya. Dari poin ini juga, kita bisa mengambil hikmah; ketika kita ingin melerai seseorang yang sedang bersengketa secara halus. Mungkin kita cukup mengatakan kepada mereka, bahwa penyebab sengketa tersebut adalah setan durjana!


NB:
Suatu hari Aisyah ra duduk di atas ontanya, tapi ontanya sulit berjalan, akhirnya Aisyah ra memukul-mukul onta tersebut agar mau berjalan . Melihat itu Rasulullah Saw berkata "Berlakulah dengan lembut wahai Aisyah, Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada sesuatu kecuali bahwa sesuatu itu akan menjadi indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut dari sesuatu kecuali sesuatu itu akan cacat" (Hadits Riwayat Imam Muslim)

BERLEMAH LEMBUTLAH..... :)

Wallahu 'Alam