Kamis, 24 November 2011

Menulis Fiksi

Oleh Irja Nasrulloh

Berbicara mengenai fiksi maka kita tidak akan lepas dari sastra, karena fiksi sendiri merupakan sebuah istilah dalam karya sastra yang berarti khayalan atau tidak nyata. Yang termasuk dalam karya sastra adalah cerpen, novel, pantun, syair, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Semua itu juga disebut dengan fiksi karena merupakan hasil imajinasi atau khayalan belaka.
Fiksi merupakan sebuah karya yang mudah dibuat dan tidak terlalu terikat oleh berbagai aturan-aturan, sebagaimana yang ada pada karya ilmiah. Dalam kaitannya dengan metode dakwah sendiri, fiksi diibaratkan sebagai dhorbul amtsal atau permisalan. Al-Qur’an sendiri memberikan contoh tentang dhorbul amtsal ini, yaitu dalam kisah-kisah al-Qur’an yang berjubel jumlahnya. Dengan metode inilah, pembaca ikut terhanyut dalam setting yang disajikan penulis. Alhasil, hikmah yang tersurat atau tersirat di dalam tulisan bisa masuk ke dalam memori otak pembaca dengan mudah serta tidak ada unsur menggurui.
Seorang penulis fiksi harus tahu betul akan tingkatan konsumen, mulai dari tingkatan anak-anak, remaja, dan dewasa. Dengan hal tersebut, penulis akhirnya mampu menyesuaikan tulisan-tulisan yang diproduksinya. Misal, untuk tingkatan anak-anak, penulis juga harus menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan dipahami oleh mereka. Begitu pula dengan para remaja dan orang-orang dewasa. Revolusi bahasa merupakan salah satu kunci kesuksesan menulis.
Ada beberapa kendala yang harus dihilangkan bagi siapa saja yang ingin menulis, terutama pemula. Di antara kendala-kendala tersebut ialah kurang percaya diri, tidak ada keberanian untuk menulis, niat yang setengah-setengah, tidak tahan kritikan, dan kurang sabar. Hal tersebut harus dibuang jauh-jauh, sehingga proses menulis bisa berjalan lancar serta kontinu.
Mungkin beberapa orang akan berkata, “Saya ingin menulis, tapi tidak tahu dari mana harus memulainya?!” Pertanyaan tersebut mungkin akan sering terdengar dari para pemula yang ingin mencoba menulis. Nah, dalam memulai menulis kita bisa memulainya dengan hal-hal berikut, memulai dengan dialog, deskripsi tokoh, adegan, atau latar tempat. Dalam membuat dialog, seorang penulis bisa menuliskan kalimat-kalimat yang singkat, layaknya dialog yang bisa kita lakukan sehari-hari dengan orang-orang di sekeliling kita. Sedangkan untuk membuat deskripsi tokoh, bisa dijelaskan fisik ataupun karakter tokoh. Semua hal tersebut boleh dijelaskan secara detail, termasuk adegan dan latar, agar cerita terkesan lebih hidup. Namun, bagaimanapun, seorang penulis bisa me-manage tulisannya sesuai selera mereka. Contoh, dalam penulisan cerpen, mungkin beberapa penulis tidak akan terlalu detail dalam mendeskripsikan tokoh, berhubung cerpen merupakan karya fiksi yang karakternya terbatas.
Salah satu hal yang perlu diingat, jangan mengedit tulisan kita di tengah-tengah. Itulah sebebnya, beberapa orang tak pernah selesai dalam menulis, dikarenakan bolak-balik ke depan dan selalu saja merasa ada yang salah dengan tulisannya. Menemukan kesalahan di sela-sela menulis adalah hal yang lumrah, namun berusahalah untuk mengedit tulisan ketika tulisan tersebut telah sampai pada penyelesaian. Bolehlah, mengedit sekadarnya di sela-sela menulis, namun jangan sampai merusak inti cerita, sehingga harus mengubah lagi dari awal.
Terakhir, inilah sedikit tips menulis fiksi. Walaupun tulisan ini sederhana, namun semoga bermanfaat untuk pembaca semua. Terima Kasih. Selamat Menulis! Salam Pena!