Senin, 05 Desember 2016

Siapa Bilang Dubai Maju?!

Jika melihat bangunan dan tata kota di Dubai (meskipun hanya lewat internet), mungkin kita akan berdecak kagum dan bilang WOW. Kota di negara Uni Emirat Arab memang terlihat modern, bahkan lebih modern daripada sebagian negara-negara Barat. Hampir semua fasilitas masakini ada di sana. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, mengangkasa. Tempat-tempat untuk memanjakan tubuh tersedia.

Apakah Dubai bisa dikatakan negara maju? Sebagian mengatakan, "Iya". Sebagian lainnya mengatakan dengan lantang, "TIDAK". Dr. Ashim Dasuqi, dosen di Universitas Helwan, seorang sejarawan Mesir yang spesialisasi dalam bidang sejarah modern, juga ahli dalam bidang ekonomi dan ilmu-ilmu sosial adalah salah seorang pakar yang mengatakan bahwa Dubai bukanlah kota maju. Demikian juga dengan daerah-daerah sejenis lainnya di Teluk Arab.

Dubai bukanlah daerah produsen, tetapi konsumen. Fasilitas-fasilitas modern dan canggih didatangkan dari Barat. Tenaga ahli, arsitek, dan insinyur, diimpor dari Barat. Dubai bisa menyediakan semua itu karena punya dana, kaya dari hasil minyak. Sedangkan menurut beliau (Dr. Ashim Dasuqi), standar sebuah daerah bisa dikatakan maju, jika daerah tersebut aktif berproduksi, bukan sekadar mengonsumsi.


Selain itu, sebuah daerah bisa dikatakan maju jika aktif dalam berinovasi dengan SDM yang mumpuni. Sayangnya, Dubai, daerah dengan mayoritas umat muslim di Negara Teluk itu tidak termasuk di dalamnya.

Ada seseorang yang mengatakan, "Sebagai kota produsen memang tidak ... tetapi sebagai kota pusat wisata dan bisnis, Dubai sangat luar biasa." Memang betul dan itu sudah menjadi hal yang masyhur. Namun, hal yang dibahas/dipermasalahan adalah inovator, arsitek, insinyur, dan semua tenaga ahli untuk membangun tempat pariwisata dan juga pusat perbisnisan (beserta fasilitas-fasilitas di dalamnya), itu semua dari luar negeri. Memang ada kontribusi dari dalam negeri, tetapi itu tak seberapa.
 
Terlepas dari semua itu, sebagai umat muslim, sudah selayaknya kita bermuhasabah, merenungkan mayoritas kondisi umat muslim dan negara-negara di mana mereka berada dalam kondisi terseok-seok di era globlalisasi seperti sekarang ini. Meskipun demikian, selalu ada harapan indah di masa depan.

Setiap kita bisa berkontribusi sesuai keahlian masing-masing, baik dalam bidang agama ataupun bidang-bidang umum. Keseimbangan IMTAQ dan IPTEK harus digalakkan. Wallahu A'lam.