Kamis, 30 Oktober 2014

ASI, Susu Formula, dan Fikih

Dalam salah satu halaqah acara Khawater 10 (program rutin di salah satu TV Saudi), disinggung manfaat ASI. Ia merupakan anugerah yang tak terhingga dari Allah. Ada banyak kandungan gizi yang terdapat dalam ASI tak bisa ditemukan dalam susu olahan manapun (termasuk susu Formula).

Pertanyaannya, kalau ada seorang ibu kandung nggak dapat ataupun terhalang dari menyusui bayinya, terus gimana? Jawaban paling mudah memang membeli susu Formula.

Namun, terlepas dari pilihan tiap orang, fikih telah membahas hal ini. Seorang suami dapat meminta wanita lain untuk menyusui anaknya (istirdhaa’). Para ulama telah menerapkan tata cara serta akad dalam hal ini secara detail. Untuk lebih jelasnya, bisa kita tengok kembali kitab fikih yang membahas seluk-beluk istirdhaa'.

Senin, 27 Oktober 2014

Al-Quran dan Kebangkitan Peradaban

Seperti kita ketahui bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an berkaitan dengan seluk beluk kehidupan manusia. Bukan hanya ayat-ayat yang berkaitan dengan hubungan secara vertikal (hablumminallaah), akan tetapi juga berkaitan dengan hubungan secara horisontal (hablumminannass). 

Kejayaan peradaban Islam masa lampau, tidak lepas dari tradisi mentadaburi Al Quran. Dengan kata lain, masa keemasan umat Islam masa lalu terinspirasi oleh Al Quran. Realisasi dan aplikasi ayat-ayat Al Quran inilah yang seharusnya kita galakkan lagi. Al Quran tidak hanya berisi bagaimana tata cara ibadah kepada Allah, akan tetapi juga tata cara bagaimana menciptakan peradaban gemilang di bumi.

Di antara syarat terciptanya peradaban yang gemilang adalah majunya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Menurut Syaikh Jauhari Thantawi, seperti dikutip oleh Agus Purwanto (Ayat-Ayat Semesta, 2008), di dalam kitab suci Al Quran terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah yaitu ayat tentang alam semesta.

Pentingnya Tadabur dan Bersikap Kritis

Gambar: wathakker.info
Allah berfirman di dalam Al Qur'an, "Maka tidakkah mereka menghayati Al Qur'a, ataukah hati mereka sudah terkunci?" [Q.S. Muhammad: 24]. Di tempat lain juga di sebutkan, "Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al Qur'an? Sekiranya (Al Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya." [Q.S. An Nisa': 82].

Dari dua ayat di atas, tersirat pentingnya mentadaburi Al Qur'an. Mentadaburi Al Qur'an sama artinya dengan memahami maknanya. Hal ini merupakan langkah awal dalam menyimpulkan sebuah hukum dari Al Qur'an itu sendiri. Prof. Sayyid Ismail (Fawatih Suwar al Quran al Karim, 2010) berkata, "Bagaimana bisa menyimpulkan hukum dari Al Quran, tanpa menguasai maknanya?"

Transplantasi Jantung yang Menakjubkan

Penyakit jantung adalah nomor satu penyebab kematian di seluruh dunia. Sekitar 50.000 orang memerlukan transplantasi. Namun, hanya sekitar 5.000 yang dilakukan setiap tahun. Operasi transplantasi jantung sendiri dilakukan pertama kalinya pada tahun 1967 di Cape Town, Afrika Selatan. Sayangnya, pada masa-masa tersebut, tingkat keberhasilan transplantasi jantung masih rendah. Beberapa orang, hanya bertahan beberapa minggu setelah operasi. Seiring berkembangnya IPTEK, penerima donor jantung saat ini memiliki tingkat kelangsungan hidup yang cukup tinggi dengan izin Allah Ta’ala. [Sumber: Artikel di situs iflscience.com, 10 Juli 2014]

Kesehatan hanya satu dari berbagai nikmat yang Allah berikan. Banyak sekali nikmat yang terlupa untuk kita syukuri. Walaupun demikian, Allah tak pernah henti untuk mencurahkan nikmat-Nya. Dia tetap menyayangi kita. Sungguh, kita tak mampu menghitung nikmat Allah yang kita terima setiap saat. 

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [Q.S. An Nahl: 18]

Berikut, video proses transplantasi jantung sebagai bahan muhasabah, agar kita tetap istiqamah bersyukur kepada Allah akan nikmat kesehatan yang kita terima. Silakan di-share, kalau perlu....

PERHATIAN: Bagi yang tidak tahan melihat darah, tidak disarankan melihat video ini! 



Senin, 13 Oktober 2014

Sekilas Konsep Kemajuan dalam Al Qur'an

Gambar: dreamstime.com
Oleh: Irja Nasrullah 

Al Qur'an merupakan pedoman penting bagi umat Islam yang tak diragukan lagi keotentikannya, seprti firman Allah, "Dan tidak mungkin Al Qur'an ini dibuat-buat oleh selain  Allah." [Q.S. Yunus: 37]. 

Al Qur'an-lah yang mengungkap rahasia-rahasia keagungan Islam. Di antara rahasia keagungan itu adalah mendorong umat muslim untuk berpikir dan menggunakan akal.

Prof. Jum'ah Ali, di dalam kitabnya (Jalal al-Fikr, 2007),  menyatakan ada 35 ayat Al Qur'an yang menyeru manusia untuk memikirkan apa yang dilihat; lebih dari 50 ayat menyuruh manusia untuk memerhatikan dan bertamasya di muka bumi, memikirkan keagungan ciptaan-Nya;  serta 160 ayat berkaitan dengan masalah ilmu dan dorongan mempelajarinya.

Jika kita meneliti lebih jauh, tentang ayat-ayat yang di sampaikan oleh Guru Besar Al Qur'an dan Tafsir di Universitas Al Azhar Kairo tersebut, maka kita akan bertemu dengan ayat-ayat yang membicarakan alam semesta. Allah menginginkan hamba-hamba-Nya untuk memahami eksistensi-Nya melalui grand design (desain agung) ciptaan-ciptaan-Nya.

Allah Swt berfirman, "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya." [Q.S. An-Nur: 43]. Ayat tersebut salah satu bukti kongkret bahwa alam seisinya diciptakan sedemikian rupa, agar manusia berpikir dan merenungkannya.

Sungguh merugi orang yang membaca Al Qur'an, tetapi tidak mentadaburi ayat-ayat-Nya. Memang benar, bahwa membaca Al Qur'an tanpa mentadaburinya pun sudah dianggap ibadah. Namun, bukankan kita tahu bahwa Al Qur'an diturunkan kepada manusia agar menjadi petunjuk hidup? Bagaimana mungkin bisa menerima petunjuk Al Qur'an tanpa mentadaburi maknanya? Mustahil, kelihatannya.