Rabu, 29 Agustus 2012

Sekilas Yahudi Dalam Al-Qur'an


1.      Pengertian

      Istilah Yahudi bisa merujuk ke sebuah negara, agama dan bisa juga merujuk kepada sebuah golongan.[1]
      Imam Ibn Katsîr dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata Yahudi berasal dari kata hawâdah yaitu mawaddah atau tahawwada yang artinya bertaubat, seperti perkataan nabi Musa As. (إناهدنا إليك)[2] yang maksudnya kita telah bertaubat. Maka seakan-akan mereka dinamai seperti itu karena taubat mereka dan cinta kasih mereka kepada sesama. Dikatakan pula, bahwa  penamaan itu dinisbatkan kepada Yehuda Akbar, putra Yakub ‘alaihissalâm. Abu ‘Amrû bin Al ’alâ’ berkata, “Karena mereka bergerak-gerak (baca: yatahawwaduna) ketika membaca Perjanjian Lama.”[3]

Percikan Derai Cinta 3


Afrah tidak menemukan Bu Hasanah di pintu gerbang. Ia pun berkeliling beberapa saat lamanya. Ia amati orang-orang di sekitar itu, namun sosok Bu Hasanah belum juga kelihatan. Konyolnya ia tidak punya nomornya Bu Hasanah. Pada akhirnya, ia pun sampai di pintu gerbang lagi. Ia berdiri di sana beberapa saat dan akhirnya muncul Bu Hasanah dari luar.
“Ya Allah, ibu….dari mana? Terus, mana pak kiai?” tanya Afrah.
“Maaf, baru saja dari kantor polisi bersama pak kiai,”
“Lho?” Afrah keheranan.
“Tadi, saat pak kiai mau masuk bersama ibu, beliau tersadar kalau dompet yang berisi uang dan surat-surat penting di sakunya amblas entah ke mana,”
“Bukannya pak kiai pakai mobil pribadi?”
“Nggak, dia pakai taksi, mungkin saja terjatuh di dalam taksi tersebut,”  kata Bu Hasanah sambil menggandeng tangan Afrah menuju komplek cendrawasih.
“Sekarang pak kiai sedang di kantor polisi untuk mengurus dompetnya yang amblas itu. Sebelumnya, ibu dan pak kiai sempat panik, mencari solusi terbaik.” lanjut Bu Hasanah.
“Ya Allah…ada-ada saja titah-Mu hari ini,” bisik Afrah.
“Bu….” kata Afrah halus.
“Ya…” balasnya.
“Ada berita duka,” katanya datar.
“Apa? Gimana keadaan Nabila?” Bu Hasanah melotot mendengar penuturan Afrah.
“Bukan, bukan Nabila, tapi ibunya Kang Latef,”
“Apa? Ibunya Latef?” Bu Hasanah mencengkeram lengan Afrah, matanya melotot.
“Ya, ibunya Latef meninggal,”
“Serius, kau? Jangan bercanda!”
“Serius, Bu. Ibunya Kang Latef meninggal dunia.”
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” Kata Bu Hasanah, kemudian berlari begitu saja meninggalkan Afrah sendirian. Ia langsung menuju komplek merpati.
Bu Hasanah tak mendapatkan siapa-siapa, saat sampai di kamar  yang dituju. Sambil masih ngos-ngosan, ia mencoba bertanya seseorang yang melintas di dekat kamar itu. Rupanya orang itu, pengunjung baru yang akan menengok salah satu keluarganya yang ada di rumah sakit. Bu Hasanah tak mendapatkan jawaban apa-apa. Ia kecewa.
  Dengan lesu, ia mencoba mencari informasi tentang letak kamar mayat. Ia juga mencari data mayat yang ada pada hari itu. Namun, menurut keterangan petugas, mayat ibunya Latef, sudah di bawa pulang, baru saja.

* * *

Percikan Derai Cinta 2


Hujan mengguyur kota Wonosobo sejak pagi. Air menggenang di jalan-jalan. Hujan pun menambah cuaca Wonosobo yang aslinya dingin menjadi semakin dingin. Lembah pegunungan Dieng merupakan salah satu daerah terdingin di Jawa Tengah. Bahkan, menurut sebuah penelitian, suhu dingin di puncak pegunungan Dieng pada bulan Juli/Agustus, akan sama dengan beberapa tempat di Eropa saat musim dingin.
Hiruk-pikuk manusia di Rumah Sakit Umum Wonosobo (RSUW) menjadi pemandangan umum setiap harinya. Rumah sakit yang berada di pusat kota itu, merupakan salah satu Rumah Sakit terbesar di Wonosobo. Selain letaknya yang strategis, RSUW juga memiliki sejumlah dokter yang teruji kepiawaiannya.
Nabila masih meringkuk di salah satu ruangan, Blok A, komplek cendrawasih, RSUW. Ia ditemani Lela, Afrah, dan seorang petugas kesehatan dari pesantren Darul Qur’an. Lela dan Afrah keluar, membiarkan Nabila istirahat. Sementara itu, Bu Hasanah, petugas kesehatan dari pesantren tersebut, masih tetap di dalam ruangan bersama Nabila.

Percikan Derai Cinta 1


Bau malam begitu dekat dengan Latef yang saat itu berada di dekat jendela rumahnya, usang oleh waktu. Matanya lepas melesat menembus malam, gerimis, rumah-rumah,dan rimbunnya dedaunan pohon. Pikirannya melayang jauh melampui benda-benda di depannya dan sampai kepada seorang gadis yang membuat nestapa kelelakiaanya akhir-akhir ini. Sapaan angin malam lewat jendela semakin membuat ia menjerit dalam nyanyi sunyi. Ia begitu ingin bertegur sapa dengan gadis itu. Betapa tidak, gadis yang bak sungai berair jernih itu memang menggoda setiap lelaki untuk menceburkan ke dalamnya. Bukan hanya jernih kedua matanya, halus wajahnya, putih giginya, langsat kulitnya, melainkan juga begitu santun, halus budi pekertinya dan tahu betul dalam menjunjung tinggi kehormatan wanita.
"Nabila…" ucap Latef lirih bertautan dengan suara gerimis.
"Nabila, tak mungkin aku memilikimu.…" ucapnya lagi masih dengan suara lirih.
Suara gerimis yang mengenai dedaunan serta dinginnya angin malam menjadi saksi kenestapaan Latef malam itu. Ia masih melemparkan pandangannya ke depan sana, walaupun sebenarnya mustahil bagi dirinya untuk bisa melihat gadis itu dalam jasad aslinya. Ia sungguh tak peduli semua itu. Ia begitu menikmati gadis itu dalam pandangan maya, dalam dunia fatamorgana.
Latef menyeka mukanya. Gerimis yang tertiup angin melembabkan mukanya. Lambat laun ia tak tahan juga pada tiupan angin malam itu, sangat dingin.   Sesaat kemudian tanganya menutup jendela, menghempaskan malam.

Apakah Allah Swt Sama Dengan Tuhan Orang Kristen/Agama Lain?


Bismillahirrahmanirrahim…………..

Kubiarkan jari-jariku kembali menari-nari bersama nada-nada malam, bersama tasbih alam, juga kesaksian semesta akan pesona desain Sang Rahman.

Baiklah, perkenankan saya kembali menghidangkan “Gado-gado Ramadhan” , yang kali ini gado-gadonya bercita rasa eksklusif karena memerlukan “bumbu-bumbu pilihan” !!! Ya, kali ini kita akan ngobrol tentang sebuah tema yang lumayan serius. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya nggak suka membahas tema yang sudah tersirat pada judul di atas, namun akhirnya hati saya terpanggil untuk membawa tema ini, dikarenakan pertanyaan seorang teman. Tema kali ini sangat erat hubungannya dengan gado-gado Ramadhan sebelumnya yang berjudul “Aku Seorang Pendosa”!!!

Jepang Membuatku Menangis


Seperti biasa, saya kembali lagi bersama kawan-kawan semua di gado-gado Ramadhan yang keempat.
            Memang sekilas judulnya lebay, tapi itu memang nyata heheh. Awal dari ramuan gado-gado kali ini, adalah sebuah video “khawater” yang disiarkan TV MBC, sebagaian isi sajiannya adalah membandingkan keadaan negara-negara maju dengan negara-negara Islam berkembang. Kebetulan saya menonton ‘Khawater” edisi Jepang. Mungkin kawan-kawan jug sudah banyak yang menonton. Di sana diperlihatkan bagaimana kemajuan-kemajuan jepang dari sisi akhlak, kebersihan lingkungan, teknologi, eksperimen-eksperimen, dan lain sebagainya. Kemudian hal ini dibandingakan dengan keadaan negara-negara Islam. Sungguh kontras! Misalnya, crew TV mengadakan percobaan dengan meletakkan secara dim-diam dompet berisi uang di dekat taman kota di Tokyo. Dengan kamera tersembunyi, mereka mencoba melihat reaksi orang-orang Jepang yang berada di tempat itu. Luar biasa, sepasang suami-istri yang melihat dompet itu  mengambilnya dan menoleh ke sekitar untuk mencoba menemukan siapa pemilik dompet “misterius” itu?! Namun hasilnya nihil, karena crew TV masih membiarkan mereka dan ingin tahu apa yang akan dilakukan penemu dompet itu. Beberapa saat kemudian, keduanya berjalan menuju kantor polisi yang berjarak kira-kira 1,5 km dari TKP. Crew TV terus mengikutinya dan sama sekali tidak menemui kedua sepasang suami-istri tersebut. Hari berikutnya, crew menuju kantor polisi untuk mengambil dompet yang berisi uang tersebut dan berhasil dengan isi dompet masih utuh seperti semula. Itu salah satu contoh isi daripada progam khawater. Itu di Jepang. Kemudian membandingkan percobaan yang dilakukan dengan cara yang sama (dengan kamera tersembunyi juga), namun di salah satu negara Arab. Hasilnya, dompet diambil dua pemuda tanpa rasa bersalah! Kawan-kawan bisa mengambil kesimpulan: Banyak orang di negara-negara non muslim yang secara tidak langsung melaksanakan “ajaran Islam”, namun tidak sedikit dari orang-orang di negara mayoritas berpenduduk muslim, namun justru meninggalkan “ajaran Islam” . Ironis!!!

Nikah VS Studi


Huft, panas bener hari ini. Nggak papa, yang penting tetep semangat! Oke kawan-kawanku semua. Kita bertemu lagi dalam “Gado-gado Ramadhan!”  Ini edisi gado-gado yang ketiga. Btw, yang gado-gado pertama dan kedua kemarin berjudul “Siapa Kita Sebenarnya?” dan “Aku Seorang Pendosa.” (judul yg ini lebih kepada pengalaman pribadi). Bisa dilihat lagi dicatatan2ku heheh :D
            Pengin tahu kenapa dinamakan gado-gado? Yang pasti, tulisan-tulisan seperti ini sekadar obrolan kita di bulan Ramadhan kali ini, yang diramu dari berbagai tema yang bercampur menjadi satu, menjadi “Obrolan Penting” untuk kita semua.

Aku Seorang Pendosa (Sebuah Cerita Pendek-Nyata)


Kubiarkan jari-jariku ini merangkai kata.
Kubiarkan hatiku ini “mengalir” bersama desau angin sahara yang
menyengat siang ini. Kubiarkan otakku mengingat kembali memori lama yang
selalu “melayang-layang” di depan mataku.
Diriku selalu saja ingat, “Siapakah diriku sebenarnya?!” Aku tak tahu
kenapa aku menyimpan sejuta misteri yang mungkin orang tuaku sendiri pun
tak tahu. Entahlah, misteri yang ada pada diriku merupakan sebuah
realita hidup yang mungkin juga pernah dialami oleh orang lain. Namun,
aku rasa ini bukan realita biasa. Ini realita seorang pendosa! Ya, aku
seorang pendosa! Bukan hanya itu saja, bahkan aku telah “gila”!!!

Siapa Kita Sebenarnya?


Bismillahirrahmanirrahim…...

Gimana kabar kawan-kawan semua? Yang pasti puasanya lancar-lancar aja, kan?! Ya, Ramadhan masih terus bersama kita. Bulan yang penuh berkah ini tak akan kemana-mana heheh
Baiklah, saya pengin ajak kawan-kawan untuk ngobrol sebentar, sebentar aja kok! Kaitannya dengan masalah “jati diri” kita, maksudnya jati diri kita sebagai pemudi/pemudi. Boleh juga kok, kalau mau pakai istilah co/ce (cowok atau cewek) heheh… Mungkin kalau berbicara masalah jati diri, yang terbayang di benak kita adalah “Siapa kita sebenarnya?”, “Apa kemauan atau cita-cita kita?” , “Seperti apa prinsip hidup kita?” dan lainnya.