Sabtu, 03 Desember 2011

Periwayatan al-Qur’an

Oleh: Irja Nasrullah

A. Pendahuluan.

Segala puji hanya milik Allah Swt., Sang Pemilik Nyawa. Salawat serta salam selalu terlimpahkan untuk Rasulullah Muhamad Saw., lelaki teragung yang telah menyatukan dunia dengan satu seruan, tauhid! Semoga kita selalu mendapatkan petunjuk, untuk terus meneladani segala gerak-geriknya. Amin.
Keotentikan al-Qur’an akan selalu bersinar terang ke antero dunia, walaupun beberapa kalangan (baca:musuh-musuh Islam) dengan antusiasnya berusaha meredupkannya. Mereka menjalankan skenario bertahun-tahun, demi sebuah visi busuk, yang tidak lain untuk menodai kesucian al-Qur’an dan agama Islam itu sendiri. Kini, mereka telah terorganisir dengan sangat rapi, bergerak dengan sangat halus, sampai mampu menghipnotis sebagian umat muslim untuk ikut menyukseskan agenda berkedok mereka. Sebagian dari proyek mereka adalah memberhangus kaidah yang diterapkan generasi awal Islam dalam menjaga kemurnian al-Qur’an.
Pada kesempatan ini, kita masih tetap menggunakan referensi turats sebagai kompas yang mengarahkan kajian kita, serta beberapa referensi terkini, jika diperlukan. Dari turats inilah kita akan mengetahui, bagaimana pendahulu kita telah menerapkan metode ilmiah untuk menjaga kemurnian Islam. Pada kajian perdana ini, kita akan membahas tentang periwayatan al-Qur’an, termasuk para perawi dan huffadz, serta menyinggung permasalahan qira’ah yang penuh dengan polemik itu. Tema ini sekilas terlihat sederhana, namun ketika dipahami bahwa al-Qur’an menjadi dusturul Hayah manusia, maka ia akan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.
Akhirnya, saya tutup mukadimah saya dengan tantangan abadi al-Qur’an, “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."[2]