Oleh: Irja Nasrullah
1. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Swt. Shalawat serta salam, kita haturkan keharibaan Muhamad Saw.
Kebanyakan kita masih belum mendapatkan konklusi dari sebuah statement, “Apakah tafsir dan tadabbur berbeda?”
Baiklah, pada kesempatan kali ini, saya menawarkan pendapat dan solusi untuk hal tersebut, dengan tetap menghormati pendapat Anda yang mungkin saja berbeda. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua!
2. Makna Tafsir dan Tadabbur Serta Perbedaannya.
Di antara kita sudah mengetahui makna tafsir. Secara istilah, tafsir bermakna: suatu ilmu yang membahas tentang maksud Allah ta'ala sesuai dengan kemampuan manusia. Adapun tadabbur al-Qur’an, secara istilah: berhenti pada ayat-ayat Allah di dalam al-Qur’an dan memikirkannya, berinteraksi dengannya, untuk mengambil manfaat dan mematuhinya (baca: melaksanakannya)
Berhubungan dengan hal tersebut, maka muncul pula cabang ilmu yang dibutuhkan mufassir dalam proses interpretasi al-Qur’an. Dalam muqoror Manahijul Mufassirin tingkat III, Universitas Al-Azhar-Kairo, Fakultas Ushuluddin, Tafsir, 2009-2010, di sana disampaikan 18 cabang ilmu yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir untuk mencapai ‘ala maratib at-tafsir. Kemudian muallif melanjutkan pernyataannya bahwa 18 cabang ilmu tersebut tidak diperlukan oleh orang awam, karena mereka hanya dituntut untuk bertadabbur dan bertadzkiroh. Untuk lebih jelasnya, cermati pernyataan muallif, sebagai berikut:
.......فالعلوم التي ذكرها العلماء هي لتحقيق اعلى مراتب التفسير أما المعاني العامة التي يستشعر العامة منها عظمة الخالق,والتي يفهمها الإنسان عند إطلاق اللفظ الكريم فهي قدر مشترك بين عامة الناس متيسرة لكل واحد منهم وهو المأمور به للتدبر و التذكر لأنالله سبحانه وتعالى سهله و يسره فقال: (ولقد يسرنا القرأن للذكر فهل من مدكر)