Sabtu, 26 November 2011

Tafsir dan Tadabbur

Oleh: Irja Nasrullah 

1. Pendahuluan

Segala puji bagi Allah Swt. Shalawat serta salam, kita haturkan keharibaan Muhamad Saw.

Kebanyakan kita masih belum mendapatkan konklusi dari sebuah statement, “Apakah tafsir dan tadabbur berbeda?”
Baiklah, pada kesempatan kali ini, saya menawarkan pendapat dan solusi untuk hal tersebut, dengan tetap menghormati pendapat Anda yang mungkin saja berbeda. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua!

2. Makna Tafsir dan Tadabbur Serta Perbedaannya.

Di antara kita sudah mengetahui makna tafsir. Secara istilah, tafsir bermakna: suatu ilmu yang membahas tentang maksud Allah ta'ala sesuai dengan kemampuan manusia. Adapun tadabbur al-Qur’an, secara istilah: berhenti pada ayat-ayat Allah di dalam al-Qur’an dan memikirkannya, berinteraksi dengannya, untuk mengambil manfaat dan mematuhinya (baca: melaksanakannya)

Berhubungan dengan hal tersebut, maka muncul pula cabang ilmu yang dibutuhkan mufassir dalam proses interpretasi al-Qur’an. Dalam muqoror Manahijul Mufassirin tingkat III, Universitas Al-Azhar-Kairo, Fakultas Ushuluddin, Tafsir, 2009-2010, di sana disampaikan 18 cabang ilmu yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir untuk mencapai ‘ala maratib at-tafsir. Kemudian muallif melanjutkan pernyataannya bahwa 18 cabang ilmu tersebut tidak diperlukan oleh orang awam, karena mereka hanya dituntut untuk bertadabbur dan bertadzkiroh. Untuk lebih jelasnya, cermati pernyataan muallif, sebagai berikut:
.......فالعلوم التي ذكرها العلماء هي لتحقيق اعلى مراتب التفسير أما المعاني العامة التي يستشعر العامة منها عظمة الخالق,والتي يفهمها الإنسان عند إطلاق اللفظ الكريم فهي قدر مشترك بين عامة الناس متيسرة لكل واحد منهم وهو المأمور به للتدبر و التذكر لأنالله سبحانه وتعالى سهله و يسره فقال: (ولقد يسرنا القرأن للذكر فهل من مدكر)

Metode Penafsiran Dengan Bahasa

Oleh: Irja Nasrullah


A. Pendahuluan

Sesungguhnya segala puji hanya untuk Allah Swt, Sang Pemilik Kesempurnaan. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada baginda Muhamad Saw, purnama yang telah menerangi semesta alam dengan cahaya tauhid-Nya. Semoga kita kelak disatukan dengan beliau di taman surga. Allahumma amiin.
“Dunia Tanpa Bahasa Terasa Hampa.” Ungkapan ini setidaknya mampu menyingkap keistimewaan dan kedudukan bahasa. Ketika menulis makalah ini, saya jadi berpikir, seperti apakah dunia ini jika tanpa bahasa?Allahu ‘alam. Allah Swt. telah menganugerahi dunia ini dengan bahasa. Tentu saja, ia merupakan kenikmatan besar yang diberikan-Nya untuk umat manusia. Dengan bahasa, kita mampu menciptakan serpihan-serpihan kecil menjadi sebuah sistem yang begitu kokoh. Mungkin seseorang sulit memahami kiasan ini, sebelum ia mengerti secara benar akan fungsi bahasa itu sendiri.
Dalam makalah ini kita akan mengerti korelasi bahasa dengan penafsiran teks-teks Suci Al-Qur’an. Sesuai tantangan zaman, bolehkah manusia mengabaikan bahasa dalam menafsirkan Kitab Suci? Kita akan segera mengetahui jawabannya insya Allah.

Kamis, 24 November 2011

Modal Menjadi Penulis

Oleh Irja Nasrulloh


Menulis merupakan hal yang membutuhkan ketelatenan. Menulis merupakan perpaduan antara logika dan hati. Kedua-duanya merupakan oplosan yang bisa dilatih. Seorang penulis, minimal memiliki pondasi dasar dalam dirinya untuk menjadi seorang penulis. Berikut ini, modal untuk menjadi penulis,

1. Niat yang kuat.
Niat merupakan esensi daripada sebuah perbuatan. Niat yang kuat merupakan kekuatan yang bisa menembus batas penghalang apapun, sehingga tercapailah tujuan manusia. Tentunya hal tersebut tetap dalam kodrat-Nya. Kewajiban hamba yaitu berusaha.
Jangan pernah berkata bahwa kita tidak punya bakat menulis. Ketauhilah, bahwasanya sekarang ada pengertian baru tentang bakat itu sendiri, yaitu kemauan keras dan keinginan kuat yang selalu dijaga.
2. Keberanian untuk menulis.
Jangan pernah takut untuk menulis! Menulis tidak terbatas pada tempat dan waktu; alam artian menulislah selama ada kesempatan dan kemampuan untuk menulis. Umur, juga bukan alasan untuk tidak menulis. Perlu kita ketahui, bahwa Ahdiat K. Miharja, menulis pada usia 94 tahun. Banyak penulis-penulis yang memulai menulis di usia yang sudah senja. Sebaliknya, banyak pula penulis-penulis cilik yang bukunya sudah berderet di toko-toko buku bertaraf nasional. Jadi, jangan pernah takut untuk mencoba menulis. Tunjukkan nyalimu!
3. Idealisme Yang Selalu di Perjuangkan.
Dengan idealisme atau kekuatan jiwa seorang penulis, maka sebuah tulisan terlihat lebih berisi. Dengan idealisme pula, seorang penulis memiliki bobot, energi lebih, ide yang cemerlang, dan daya kreatifitas yang luar biasa. Di samping itu, inilah hal yang akan menjadi ciri khas dari setiap penulis. Tulisan akan memancarkan idealisme masing-masing penulis.
3. Ilmu dan Wawasan.
Ilmu dan wawasan yang luas merupakan hal yang tidak boleh lepas dari seorang penulis. Membaca merupakan salah satu cara mujarab untuk menambah wawasan. Ibarat seorang pedagang, membaca merupakan kulak atau membeli barang-barang yang akan dijual. Adapun menulis merupakan ibarat daripada menjual barang dagangan kita.
4. Ikhlas
Mulailah menulis rasa ikhlas. Dengan rasa ikhlas, maka semua pekerjaan termasuk menulis akan sangat menyenangkan. Dengan hal tersebut, berbagai rintangan yang datang saat menulis, tak akan mudah menggoyahkan proses menulis. Memang boleh mempunyai tujuan-tujuan tertentu ketika akan menulis, seperti ingin mencari rizki lewat tulisan. Hal tersebut tetap tidak menafikan seseorang untuk bisa merasa ikhlas. Hanya saja, mungkin tujuan seperti itu, bukan tujuan primer ketika seseorang menulis.

Menulis Fiksi

Oleh Irja Nasrulloh

Berbicara mengenai fiksi maka kita tidak akan lepas dari sastra, karena fiksi sendiri merupakan sebuah istilah dalam karya sastra yang berarti khayalan atau tidak nyata. Yang termasuk dalam karya sastra adalah cerpen, novel, pantun, syair, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Semua itu juga disebut dengan fiksi karena merupakan hasil imajinasi atau khayalan belaka.
Fiksi merupakan sebuah karya yang mudah dibuat dan tidak terlalu terikat oleh berbagai aturan-aturan, sebagaimana yang ada pada karya ilmiah. Dalam kaitannya dengan metode dakwah sendiri, fiksi diibaratkan sebagai dhorbul amtsal atau permisalan. Al-Qur’an sendiri memberikan contoh tentang dhorbul amtsal ini, yaitu dalam kisah-kisah al-Qur’an yang berjubel jumlahnya. Dengan metode inilah, pembaca ikut terhanyut dalam setting yang disajikan penulis. Alhasil, hikmah yang tersurat atau tersirat di dalam tulisan bisa masuk ke dalam memori otak pembaca dengan mudah serta tidak ada unsur menggurui.
Seorang penulis fiksi harus tahu betul akan tingkatan konsumen, mulai dari tingkatan anak-anak, remaja, dan dewasa. Dengan hal tersebut, penulis akhirnya mampu menyesuaikan tulisan-tulisan yang diproduksinya. Misal, untuk tingkatan anak-anak, penulis juga harus menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan dipahami oleh mereka. Begitu pula dengan para remaja dan orang-orang dewasa. Revolusi bahasa merupakan salah satu kunci kesuksesan menulis.
Ada beberapa kendala yang harus dihilangkan bagi siapa saja yang ingin menulis, terutama pemula. Di antara kendala-kendala tersebut ialah kurang percaya diri, tidak ada keberanian untuk menulis, niat yang setengah-setengah, tidak tahan kritikan, dan kurang sabar. Hal tersebut harus dibuang jauh-jauh, sehingga proses menulis bisa berjalan lancar serta kontinu.
Mungkin beberapa orang akan berkata, “Saya ingin menulis, tapi tidak tahu dari mana harus memulainya?!” Pertanyaan tersebut mungkin akan sering terdengar dari para pemula yang ingin mencoba menulis. Nah, dalam memulai menulis kita bisa memulainya dengan hal-hal berikut, memulai dengan dialog, deskripsi tokoh, adegan, atau latar tempat. Dalam membuat dialog, seorang penulis bisa menuliskan kalimat-kalimat yang singkat, layaknya dialog yang bisa kita lakukan sehari-hari dengan orang-orang di sekeliling kita. Sedangkan untuk membuat deskripsi tokoh, bisa dijelaskan fisik ataupun karakter tokoh. Semua hal tersebut boleh dijelaskan secara detail, termasuk adegan dan latar, agar cerita terkesan lebih hidup. Namun, bagaimanapun, seorang penulis bisa me-manage tulisannya sesuai selera mereka. Contoh, dalam penulisan cerpen, mungkin beberapa penulis tidak akan terlalu detail dalam mendeskripsikan tokoh, berhubung cerpen merupakan karya fiksi yang karakternya terbatas.
Salah satu hal yang perlu diingat, jangan mengedit tulisan kita di tengah-tengah. Itulah sebebnya, beberapa orang tak pernah selesai dalam menulis, dikarenakan bolak-balik ke depan dan selalu saja merasa ada yang salah dengan tulisannya. Menemukan kesalahan di sela-sela menulis adalah hal yang lumrah, namun berusahalah untuk mengedit tulisan ketika tulisan tersebut telah sampai pada penyelesaian. Bolehlah, mengedit sekadarnya di sela-sela menulis, namun jangan sampai merusak inti cerita, sehingga harus mengubah lagi dari awal.
Terakhir, inilah sedikit tips menulis fiksi. Walaupun tulisan ini sederhana, namun semoga bermanfaat untuk pembaca semua. Terima Kasih. Selamat Menulis! Salam Pena!