Jumat, 04 Desember 2009

Sadness or Happines

Sadness or Happiness
(Sebuah Renungan)
Oleh: M.Irja Nasrulloh Majid

Kita tahu bahwa dunia ini adalah fana dan panggung sandiwara. Kapan kita akan selesai dari panggung duka-gembira ini? Pastinya kita tidak tahu. Semoga masih ada waktu bagi kita untuk “memerankan peran terbaik” di panggung dunia ini, sebagai bekal menuju panggung keabadian yang tak mengenal mesin pembatas waktu.
Sungguh tubuh ini hina dan sangat lemah dibanding kekuasaan-Nya. Setiap aliran darah di tubuh kita, adalah kenikmatan yang tiada tara. Setiap tetes air yang jatuh ke kerongkongan adalah anugerah yang begitu indah, dan masih sangat banyak anugerah-anugerah Allah swt yang diberikan kepada manusia. Sudah selayaknya kita menyikapi dengan benar setiap bulir anugerah tersebut. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an,

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah. (Al-Qur’an, 16:114}

Jika kita mau, maka kita akan menuruti segala keinginan dan syahwat kita di dunia. Sayangnya, hal tersebut tak mungkin dilakukan manusia, Karena kita telah terikat oleh aturan yang menciptakan kita, yaitu Allah swt. Bukankah Pencipta lebih berkuasa atas yang diciptakannya? Hal ini sangat masuk akal. Jadi, ketika seseorang mengatakan bahwa “saya bebas bertindak sebebas-bebasnya di dunia ini (tanpa aturan-Nya), berarti ia tak lebih dari seekor binatang yang tak berakal.” Ia akan selalu terjerembab dalam jurang kemaksiaatan,

Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. (Al-Qur’an, 75:5)


Selain itu, kita kadang terlena, sampai kapan kita masih bisa menghembuskan napas di dunia ini. Sampai kapan? Jawabannya, bisa satu jam kemudian, satu hari kemudian, satu minggu kemudian, dan lain-lain. Yang jelas semua hal tersebut adalah misteri Illahi.
Ketika pada saat ini, kita masih mengagung-agungkan keinginan dan syahwat kita dalam lorong-lorong kemaksiatan, maka sudah selayaknya bagi kita untuk melepaskan baju kemaksiatan tersebut. Sudah selayaknya kita membersihkan noda-noda syaitan yang berbau neraka tersebut. Sekali lagi, kita tak tahu, apakah kita masih punya kesempatan untuk hidup setelah membaca tulisan ini?

Kita sejatinya hanyalah benda yang tersusun oleh tulang, daging, otot, paru-paru, jantung, darah, dan organ-organ lainnya. Semua sistem tersebut disokong oleh nutrisi-nutrisi dan didesain sangat jeli oleh Allah swt. Tak ada satu pun tekhnologi yang mampu menyaingi tingkat kerumitan dan kesempurnaan sistem organ tubuh manusia. Sedikit saja susunan tersebut mengalami kerusakan, maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup kita. Betapa lemahnya sejatinya manusia! Manusia sering terlupa oleh kenyataan bahwa dirinya sangat lemah. Bahwa kecongkakan mereka di dunia, tak lebih dari perilaku-perilaku palsu yang tak ada manfaatnya sama sekali. Kebanyakan manusia tak menyadari bahwa ada sebuah kekuatan kausalitas yang terus menerus memberikan energi kepada mereka sampai detik ini. Kebanyakan mereka dan kita semua baru akan sadar akan kekuasaan Allah swt, jika kita dalam keadaan lemah, contohnya sakit. Kita akan sadar bahwa kekuatan kita sewaktu-waktu bisa terlepas dan diganti dengan kelemahan. Mengapa harus seperti itu? Jawabnnya bisa kita renungkan pada diri kita masing-masing.

Memang jika kita sadari lebih jauh, hidup ini adalah sebuah zona percobaan. Percobaan tersebut akan terus menerus berlangsung sampai garis kehidupan kita tergantikan oleh garis kematian. Pastinya, percobaan tersebut akan berakhir dengan surga atau neraka dan sandiwara di dunia ini akan berakhir dengan sadness atau happiness. Tentunya, kita semua tahu bahwa keduanya memiliki pasword yang berbeda. Manakah yang Anda pilih?