Minggu, 23 Agustus 2009

Satu Detik Adalah Neraka Atau Surga.


Hidup di dunia adalah hidup yang terikat oleh ruang dan waktu (space &time). Tentunya ruang dan waktu tersebut telah diciptakan oleh Sang Pencipta yang dia sendiri tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dia adalah Allah satu-satunya yang absolut. Di dalam Al-Qur'an surat Al-ikhlas 1-4 disebutkan,
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al-ikhlash:1-4)
Betapa Dia benar-benar absolut, tak ada yang setara dengan-Nya. Dia di atas segala-galanya. Kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu. Pengetahuan-Nya tanpa batas.

Hubungannya dengan masalah ruang dan waktu, tadi telah disebutkan bahwa Dia menciptakan ruang dan waktu, akan tetapi Dia lepas dari dimensi ruang dan waktu itu sendiri. Hal inilah yang akhirnya akan mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa Dia Maha tahu. Mengapa? karena menguasai dimensi ruang dan waktu. Bukankah hal ini sangat masuk akal. Contoh: Seorang presiden dia mengetahui dan mampu mendata berbagai hal yang ada di dalam negaranya, karena dia sendiri menguasai negara tersebut. Perihal Allah swt penguasa ruang dan waktu ini, pernah di sampaikan oleh Dr. Eggy Sujana dalam dialog yang diselenggarakan forum arimatea dengan tema "Keabsolutan Tuhan."

Kaitannya dengan masalah waktu pula, Allah swt bersumpah dalam Al-qur'an surat Al-'ashr, yaitu "Demi masa(waktu)" ( wal'ashri). Ini menunjukkan betapa penting dan tingginya kedudukan waktu.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."(Al-'ashr1-3).

Kita sebagai manusia kadang sangat tidak menghargai waktu. Menghargai waktu bukan berarti bekerja terus menerus tanpa istirahat. Orang yang bekerja terus terus tanpa menyisihkan waktu sedikit pun untuk istirahat, justru bukan sosok yang menghargai waktu. Bolehlah, jika memang keadaan mendesak. Yang harus kita ingat adalah bahwa setiap jasad dan ruh mempunyai hak. Jasad, seperti kaki, tangan, mata, kesemuanya itu mempunyai hak untuk istirahat dll. Adapun maksud ruh di sini bisa diartikan sebagai sisi kerohanian kita. Sisi kerohanian kita tersebut membunyai hak, seperti jiwa yang membutuhkan ketenangan, membutuhkan ketentraman, membutuhkan kedamaian dll.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang yang menghargai waktu adalah orang yang menempatkan dan mengatur waktu sesuai dengan kebutuhan. Ingat bahwa keinginan berbeda dengan kebutuhan dalam masalah ini. Keduanya dibedakan oleh hawa nafsu. Keinginan identik dengan hawa nafsu dan akan bersambung kepada keinginan selanjutnya, yang kadang sulit dikendalikan karena bersifat pemuasan. Adapun kebutuhan lebih terarah dan terkendali.

Satu detik adalah waktu di mana manusia dalam proses berpikir dan bertindak. Satu detik adalah di mana manusia bisa celaka atau beruntung. Satu detik adalah di mana manusia mendapatkan air tuba atau air susu. Satu detik adalah neraka atau surga, dan lain sebagainya. Bagaimana kita memahami hal ini?

Saya akan menberikan sedikit gambaran. contoh pada diri Anda sendiri, suatu ketika, dalam hitungan detik, terbesit di dalam benak bahwa Anda ingin menunda shalat karena masih menikmati chatting yang sedang anda lakukan. Chatting memang asyik dan tidak membosankan. Jarum jam terus berputar, dan waktu validalitas shalat tinggal tiga puluh menit. Anda tetap menunda shalat dan berpikir " Ah, shalat paling hanya butuh waktu lima menit." Kini Anda sudah bangkit dari depan monitor dan berwudhu di kamar mandi.

Apapun bisa terjadi sekehendak Allah; di sela-sela wudhu, penyakit epilepsi yang Anda punyai tiba-tiba kambuh. Anda roboh dan kepala anda masuk ke dalam bak penampungan air. Tidak ada rekan-rekan Anda yang tahu, karena Anda terbiasa mengunci kamar mandi. Saat itulah Izrail menjemput Anda. Anda pun mengucapakan selamat tinggal pada dunia fana dan menuju dunia keabadian.
Apa yang bisa kita petik dari contoh tersebut? Sebagian Anda, para pembaca mungkin akan membuat kesimpulan: mati dalam keadaan syahid karena sedang wudhu. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat: celaka di akhirat karena menunda-nunda shalat, sebagai amal yang akan dihisab pertama kalinya. Saya lebih menyetujui pendapat yang kedua, walaupun segala keputusan kembali kepada Allah swt. Kita menghukumi secara dhohir saja. Sekali lagi Allah swt lebih tahu dan lebih adil terhadap keputusan-keputusan-Nya.

Contoh kedua: Dalam hitungan detik, Anda menjatuhkan beberapa rupiah ke tangan pengemis. Anda tak tahu menahu, siapa pengemis tersebut. Anda benar-benar berniat ingin membantu. Ternyata, pengemis tersebut adalah seorang yang terlunta-lunta dan terpaksa melakukan pekerjaan tesebut. Ia adalah orang yang taat beribadah. Ia mempunyai seorang anak yang sedang diambang kematian. Anak tersebut membutuhkan obat yang akan menjadi perantara kehidupannya. Akhirnya, pengemis malang itu, mampu membeli obat dengan uang pemberian Anda. Dengan izin Allah swt, anak pengemis tersebut sedikit dan berproses menuju kesembuhan. Kesimpulannya, bahwa Anda yang dermawan, akan memetik kenikmatan surga sebagai imbalan keikhlasan Anda.

Sebagai manusia yang tidak luput dari dosa, kita mudah diombang-ambingkan oleh godaan setan berbau neraka. Setinggi-tingginya keimanan seseorang (baca: selain para nabi dan rasul yang maksum), suatu saat orang tersebut bisa jatuh ke dalam jurang kenistaan dan kebatilan. Makanya kita dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah swt, supaya kita bisa istiqomah di dalam iman dan Islam. Ingat! Kita bukan manusia-manusia maksum yang selalu dijaga dari segala dosa oleh Allah swt. Kita hanya orang awam yang dalam hitungan detik mencoba untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang diridhoi Allah swt dan menghindari keburukan-keburukan yang dibenci Allah swt. Banyak cara untuk mempraktikkan hal tersebut. Anda bisa lebih bijaksana dalam menentukan keputusan. Mulai sekarang juga, Anda harus menghargai arti detik. Anda harus bijaksana dalam bertindak. Sebentar-bentar dan sekecil-kecilnya suatu tindakan Anda, yang dilakukan dengan keikhlasan dan diniatkan untuk mendapat keridhoan Allah, maka akan berujung surga. Sebaliknya, sebesar-besarnya tindakan Anda yang tidak disertai dengan keikhlasan dan tidak dengan niat yang baik, maka akan berujung neraka.

Dunia ini tak lain adalah ladang usaha untuk mendapatkan ridho-Nya. Apa lagi yang ingin diharapakan jika seseorang tidak mau berusaha, akan tetapi hanya pasrah pada keadaan. Dalam usaha, ada pedoman yang penting yaitu berusaha sesuai kadar kemampuan. Kadang ada orang yang sebenarnya mampu melaksanakan sesuatu, akan tetapi lebih memilih untuk menikmati kemalasannya. Sebaliknya, ada juga seseorang yang sebenarnya tak mampu melaksanakan sesuatu, akan tetapi justru memaksakan diri. Ini sangat tidak proporsional. Islam memberikan aturan yang sangat jelas. Allah swt berfirman di dalam Al-qur'an:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…." (Al-baqarah:286)

Kesempatan, kesehatan, dan kemampuan untuk beramal baik yang kita punyai saat ini adalah nikmat besar yang diberikan Allah swt. Gunakan kesempatan sebelum datang kesempitan. Apakah Anda tahu, bahwa Anda masih mempunyai kesempatan banyak untuk melaksanakan berbagai kebaikan setelah Anda selesai membaca tulisan ini? Tidak tahu, kan? Jangan menunda-nunda amal kebaikan! Mungkin ini adalah peringatan terakhir untuk Anda dan kita semua.

Jumat, 14 Agustus 2009

Contoh Produksi Untuk Anda

Ini adalah contoh kode produksi milik Irja dengan label "GIC Creative". Anda bisa membuka produksi GIC ini di situs www://YouTube.com/

Ketik di search: Rintihan Indonesia ( Part 1-2), Apa Kata Mereka ( part 1-6), Geliat Lembah cinta ( part 1-5), Andalusia Islam (part 1 dan 2), Satu Detik Adalah Neraka atau Surga (part 1dan 2),dll .Terima Kasih

Kehidupan: Rintihan Indonesia

http://www.youtube.com/watch?v=130gAkA89ek